Hujan Datang Antraks Siap Menyerang

Posted on 07 Juni 2008
Filed under | Leave a Comment

Hujan Datang Antraks Siap Menyerang
Oleh
ARDA DINATA

BELUM juga reda trauma masyarakat dengan berbagai kasus penyakit menular, seperti malaria, demam berdarah dengue (DBD), dan flu burung, kini sudah muncul lagi penyakit yang siap menyerang saat musim hujan datang. Penyakit itu tak lain, antraks.

Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pertanian, Anton Apriyanto menyatakan bahwa daerah Jawa Barat (Jabar) menjadi fokus penanganan nasional penyakit antraks, karena daerah ini paling banyak kawasan endemisnya dibandingkan provinsi lain. Untuk mempercepat penanganan, pemerintah menambah pasokan vaksin untuk Provinsi Jabar (“PR”, 20/11). Lalu, bagaimana antraks itu bisa menyebar dan menyerang pada saat datang musim hujan?

Sangat merugikan

Secara historis, penyakit antraks di Jabar memang pernah terjadi berkali-kali. Di antaranya terjadi di Subang pada tahun 1962, Karawang (1963), Bekasi (1980), Purwakarta (1999-2000), Kota Bogor (2002), dan Kab. Bogor (2004-2005). Sekarang yang menjadi masalah adalah kendati penyakit ini telah lama terjadi dan dikendalikan, namun harus kita sadari kalau spora antraks itu sewaktu-waktu masih dapat aktif kembali pada kondisi lingkungan yang mendukung, seperti pada saat datangnya musim hujan.

Penyakit antraks merupakan penyakit menular dan masuk dalam golongan penyakit zoonosis (golongan penyakit yang bisa menular dari hewan ke manusia maupun sebaliknya). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis.

Bakteri tersebut termasuk golongan gram positif, berspora (endospore), aerob dan anaerob. Penyakit ini menimbulkan kerugian bagi peternak dan masyarakat luas. Pasalnya, hampir semua ternak mamalia yang memamah biak seperti sapi, kerbau, kambing, kuda, domba, dan babi dapat diserang oleh antraks.

Menurut dr. Syahrizal Syarif, MPH., ahli penyakit epidemiologi dari FKM-UI, yang cukup mengkhawatirkan, ternyata tingkat penularan dan pemicu kematian penyakit jenis ini pada manusia mencapai angka 18 persen banyaknya. Hal ini berarti dari 100 kasus, ada 18 orang yang meninggal.

Tanda-tanda antraks

Ada beberapa petunjuk yang bisa kita amati dari gejala penyakit antraks ini, baik pada hewan maupun manusia. Untuk petunjuk pada hewan yang terkena antraks bisa ditandai oleh demam tinggi, gelisah, dan gemetar. Sedangkan pada hewan yang menghasilkan susu, mengalami penurunan produksi. Kemudian nafsu makan hewan itu terlihat mulai menghilang. Apabila telah keluar darah berwarna kehitaman dari anus, mulut, hidung atau air kemih, maka hal itu akan berlanjut pada kematian.

Sementera tanda-tanda antraks pada manusia diawali dengan demam tinggi dan bisa dilihat terdapat luka atau bisul pada kulit tangan dan kaki. Lebih spesifik lagi, pada manusia yang terinfeksi antraks ditandai dengan munculnya bercak hitam atau “cenang hideung”.

Tanda lanjutannya, ia akan mengalami proses muntah-muntah yang bercampur darah. Dibarengi dengan sakit perut dan mencret. Sistem pernapasan terasa sesak dan mengakibatkan sakit kepala, kaku pada saat duduk. Hingga akhirnya, kesadaran menurun, mengalami kejang dan seterusnya terjadi kematian.

Penyebaran

Hingga kini, para ahli tetap menyatakan penyebab penularan penyakit antraks adalah kuman Bacillus anthracis. Di alam, bakteri antraks ini biasanya ada dalam kondisi “tidur” dan bersembunyi dalam tanah hingga mampu bertahan sampai 50-70 tahun. Bakteri yang tergolong bersel satu ini bisa terbangun kembali dari tidurnya ketika kondisi lingkungan sangat mendukung untuk menyebarkan penyakit pada hewan dan manusia.

Dalam bahasa lain, spora yang tinggal dalam tanah itu akan “hidup kembali”, bila tanah tempat ia tinggal tergenang air atau datang musim hujan. Kuman ini akan tumbuh kembali dan siap menyerang hewan yang ada di sekitarnya. Hebatnya lagi, kuman ini dapat terserap oleh akar tumbuh-tumbuhan, bahkan hingga dapat masuk ke dalam daun dan buah. Apa yang terjadi selanjutnya, kita bisa menebak bahwa akhirnya ia mampu menginfeksi ternak maupun manusia yang mengonsumsinya.

Sumber infeksi lainnya ialah bangkai ternak pengindap antraks. Pada kondisi ini, miliaran Bacillus anthracis bisa memadat di darah dan organ-organ dalam ternak. Bahkan keterangan lain menyebutkan bahwa disinyalir di seluruh bangkai hewan tersebut dianggap mengandung kuman penyakit antraks.

Dalam bahasa Syahrizal, dalam satu milimeter darah, setidaknya mengandung satu miliar kuman antraks. Bila kuman itu berinteraksi dengan oksigen, ia dapat segera mengubah diri dalam bentuk spora. Bila kondisinya demikian, dipercaya kuman ini memiliki daya tahan tubuh yang lebih kebal dari sebelumnya. Kuman-kuman dalam bentuk spora inilah yang dapat hidup hingga 70 tahun lamanya itu.

Pintu penularan

Pintu masuknya penyakit antraks pada hewan, umumnya bisa melalui saluran pencernaan hewan, kontak kulit dan terhirup masuk melalui saluran pernapasan. Sedangkan pada manusia, selain bisa menular melalui kontak atau mengonsumsi daging hewan ternak yang terkena antraks, penularan antarmanusia bisa terjadi melalui udara yang tercemar spora antraks dan masuk ke paru-paru manusia.

Dengan kata lain, bakteri Bacillus anthracis akan bersifat menghancurkan sel-sel darah, baik pada hewan maupun manusia. Apabila gejala klinis sudah timbul, biasanya diikuti dengan kematian, baik pada hewan maupun manusia. Untuk itu, orang yang mengonsumsi daging hewan terkena antraks akan sangat membahayakan. Apalagi kondisi daging hewan tersebut tidak kita masak terlebih dahulu secara sempurna.

Di sini, yang perlu menjadi catatan kita bersama bahwa antraks yang tersebar melalui saluran pencernaan jauh lebih berbahaya. Data membuktikan bahwa kasus kematian akibat antraks melalui pencernaan menyebutkan sekira 25 - 50 persen lebih.

Pengendalian

Untuk menghindari timbulnya penyakit antraks, kita hendaknya selalu menjaga kebersihan kandang (sanitasi kandang). Lalu, hindari kontak dengan peralatan dan barang yang tercemar penyakit tersebut menjadikan alternatif pencegahan selanjutnya. Lakukanlah vaksinasi antraks secara total sebanyak paling tidak dua kali selama setahun.

Selanjutnya, pada hewan ternak yang terinfeksi antraks harus dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur dengan kedalaman cukup dalam. Jangan sekali-kali dipotong dan tidak boleh diotopsi (bedah bangkai). Adapun untuk keperluan pengambilan sampel laboratorium lakukan dengan swap darah pada lubang telinga dan hidung. Terakhir, yang sangat penting adalah daging dan bagian lainnya dari hewan terinfeksi antraks tidak boleh dikonsumsi.

Arti lainnya, untuk pencegahan pada manusia diusahakan jangan menyentuh atau mengonsumsi bahan makanan yang berasal dari hewan yang terinfeksi tersebut. Jangan lupa selalu mencuci bersih dan memasak bahan makanan sampai matang dan sempurna sebelum kita konsumsi.

Akhirnya, semoga dengan kewaspadaan dan tindakan preventif yang baik seperti dikemukan di atas, kita siap menghadang penyakit antraks walaupun musim hujan telah datang.***

Arda Dinata, A.M.K.L.Staf Loka Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Ciamis. Balitbangkes Depkes.

Tulisan ini dimuat di HU Pikiran Rakyat, Bandung edisi: 24 November 2005.

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
LIHAT dan IKUTI CARA BLOGKU DAPAT IKLAN, RUPIAH & DOLLAR :
| CARA MUDAH DAPAT DOLLAR | PROGRAM IKLAN INDONESIA |